Asal Usul Sejarah Bendera Merah Putih
Berbicara tentang asal usul sejarah bendera merah putih berarti juga berbicara tentang awal berdirinya Indonesia
yang mencoba lepas dari jajahan Belanda pada masa itu. Bendera merah putih
milik Indonesia melambangkan keberanian dan kesucian. Bendera yang juga disebut
sang Saka Merah Putih ini dijahit oleh istri Soekarno yang bernama Fatmawati,
dan pertama kali dikibarkan sesaat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia
dibacakan oleh Soekarno.
Sejarah Bendera Merah Putih
Sebelum masa kolonialisme berlangsung, sejarah bendera merah putih sudah pernah ditorehkan oleh kerajaan-kerajaan kuno Indonesia pada masa itu. Beberapa orang percaya bahwa Sang Saka Merah Putih diambil berdasarkan warna kerajaan Majapahit. Selain itu moto nasional juga dipercaya merupakan saduran dari puisi Jawa kuno berjudul “Kakawin Sutasoma” yang ditulis oleh Mpu Tantular dari Majapahit. Sebelum Majapahit, dikabarkan bahwa ada bendara merah putih yang dikibarkan pada tahun 1292 dimana saat itu terjadi perang antara Jayakatwang melawan Kertanegara.
Sebelum masa kolonialisme berlangsung, sejarah bendera merah putih sudah pernah ditorehkan oleh kerajaan-kerajaan kuno Indonesia pada masa itu. Beberapa orang percaya bahwa Sang Saka Merah Putih diambil berdasarkan warna kerajaan Majapahit. Selain itu moto nasional juga dipercaya merupakan saduran dari puisi Jawa kuno berjudul “Kakawin Sutasoma” yang ditulis oleh Mpu Tantular dari Majapahit. Sebelum Majapahit, dikabarkan bahwa ada bendara merah putih yang dikibarkan pada tahun 1292 dimana saat itu terjadi perang antara Jayakatwang melawan Kertanegara.
Penggunaan bendera merah putih di
Kerajaan Majapahit tertulis dalam buku karangan Mpu Prapanca yang berjudul
Negarakertagama dimana pada buku tersebut diceritakan bahwa bendera merah putih
sudah menjadi benda sakral yang selalu digunakan setiap ada upacara hari
kebesaran raja Hayam Wuruk saat ia berkuasa di tahun 1350 hingga 1389. Mpu
Prapanca juga berpendapat bahwa bagi Majapahit, warna merah dan putih adalah
warna yang mulia. Hal ini ia simpulkan karena gambar yang ada pada kereta milik
para raja yang menghadiri upacara-upacara besar selalu dihiasi dengan gambar
berwarna merah.
Selain Majapahit dan Singosari,
bendera perang yang dimiliki Sisingamangaraja IX yang berasal dari Batak juga
memilih warna merah putih sebagai panji perangnya, dimana bentuknya adalah
bendera dengan latar warna merah dan putih, serta pedang ganda yang juga
berwarna putih. Dua pedang yang digambarkan pada bendera tersebut melambangkan
pusaka milik keturunan Sisingamangaraja, yaitu Piso Gaja Dompak.
Sejarah bendera merah putih
pra-penjajahan Belanda terjadi juga di Aceh dimana ketika itu para pejuang aceh
menggunakan bendera berwarna merah putih dengan corak pedang, matahari, bulan
sabit, ayat suci Qur’an, dan matahari. Di Bugis, bendera merah putih mereka
kenal dengan nama Woromporang dan merupakan simbol kebesaran dan kekuasaan
kerajaan mereka. Begitu juga saat perang Diponegoro yang saat itu menggunakan
bendera merah dan putih saat melawan Belanda pada tahun 1825 hingga 1830.
Di Minangkabau, terdapat sebuah
Kitab Tembo Alam, dimana kitab tersebut merupakan salinan tahun 1840 dari kitab
yang sudah lebih berumur. Kitab tersebut menuliskan bahwa bendera alam
Minangkabau juga memiliki warna dasar merah dan putih, ditambah dengan warna
hitam. Konon bendera ini adalah peninggalan kerajaan Minangkabau di abad ke-14
saat diperintah oleh Maharaja Adityawarman. Warna merah adalah warna hubalang,
menggambarkan orang-orang yang menjalankan perintah. Warna putih adalah warna
agama yang menggambarkan para alim ulama. Dan warna hitam adalah warna adat
Minangkabau, yang melambangkan penghulu adat Minangkabau.
Zaman Penjajahan
Pada Oktober 1908, Budi Utomo sebagai gerakan nasionalis pertama dibentuk, dan menyusul 4 tahun kemudian dibentuklah Sarekat Islam sebagai gerakan massa pertama yang terbentuk. Pada bulan Desember 1912, Sarekat Islam sudah memiliki lebih dari 90.000 anggota, dimana jumlah yang sangat banyak ini membuat Belanda ketakutan dan melakukan opresi besar-besaran terhadap gerakan-gerakan nasionalis yang memiliki banyak anggota. Para pemimpin dari gerakan-gerakan nasionalis tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang telah menuntut ilmu di Belanda dan diracuni dengan bumbu-bumbu manis kemerdekaan ala barat. Pada masa ini, komunis-komunis Indonesia juga melihat kesempatan dan membuat gerakan nasionalis mereka sendiri.
Pada Oktober 1908, Budi Utomo sebagai gerakan nasionalis pertama dibentuk, dan menyusul 4 tahun kemudian dibentuklah Sarekat Islam sebagai gerakan massa pertama yang terbentuk. Pada bulan Desember 1912, Sarekat Islam sudah memiliki lebih dari 90.000 anggota, dimana jumlah yang sangat banyak ini membuat Belanda ketakutan dan melakukan opresi besar-besaran terhadap gerakan-gerakan nasionalis yang memiliki banyak anggota. Para pemimpin dari gerakan-gerakan nasionalis tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang telah menuntut ilmu di Belanda dan diracuni dengan bumbu-bumbu manis kemerdekaan ala barat. Pada masa ini, komunis-komunis Indonesia juga melihat kesempatan dan membuat gerakan nasionalis mereka sendiri.
Penekanan besar-besaran akan gerakan
nasionalis ini berujung dengan penangkapan banyak figur-figur yang nantinya
berpengaruh besar kepada merdekanya Indonesia seperti penangkapan Soekarno pada
29 Desember 1929 bersama Mohammad Hatta, dan juga Sutan Sjahrir yang nantinya
menjadi perdana mentri pertama Indonesia. Soekarno sempat dilepaskan pada bulan
Desember 1931, namun kembali ditangkap pada tanggal 1 Agustus 1933 oleh
Belanda.
Pada tahun 1928, bendera merah putih
yang dulu sempat digunakan oleh kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia kembali
dihidupkan oleh para pelajar dan nasionalis di awal abad ke-20. Hal ini mereka
lakukan sebagai bentuk protes dan ekspresi nasionalisme melawan Belanda.
Pengibaran bendera merah putih ini pertama kali terjadi di pulau Jawa pada
tahun 1928, dimana saat itu Indonesia masih dalam penjajahan Belanda, dan pengibaran bendera tersebut dilarang oleh para tentara
Belanda.
Pada tahun 1940, Jepang menginvasi
Indonesia dan serentak mengusir Belanda dari seluruh pelosok negeri. Baru pada
bulan Maret tahun 1942, seluruh pasukan Belanda diusir dari Indonesia. Invasi
Jepang ini juga kembali menyalakan api nasionalisme dari gerakan-gerakan yang
tadinya ditekan habis-habisan oleh Belanda untuk kembali berjaya. Pada tahun
1945, pihak Jepang membuat sebuat komite yang bernama BPUPKI untuk mengatur
kemerdekaan Indonesia, dan di pertemuan pertama tersebut Soepomo membicarakan
tentang integrasi nasional. Pada bulan Agustus di tahun yang sama, Soekarno dan
Hatta diterbangkan untuk bertemu Hisaichi Terauchi yang mengabarkan kemerdekaan
akan diberikan pada tanggal 24 Agustus.
Sejarah bendera merah putih baru
kembali berlanjut dengan kalahnya Jepang dan diproklamasikannya kemerdekaan
oleh Soekarno pada 17 Agustus. Pada proklamasi kemerdekaan Indonesia inilah,
bendera pusaka merah putih pertama kali berkibar selama sehari semalam. Bendera
ini dijahit oleh istri Soekarno yang bernama Fatmawati dengan dasar desain
bendera Majapahit yang memiliki sembilan garis merah dan putih. Hingga kini,
bendera pusaka ini masih terus diikut sertakan setiap ada upacara kemerdekaan
meskipun tidak lagi dikibarkan.
Sekian dulu ya ulasan singkat
mengenai kisah sejarah bendera merah putih, semoga artikel yang kami berikan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua tentang sejarah serta
menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap sebagai warga negara
Indonesia. Terima kasih telah mengunjungi Kumpulan Sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar